Selasa, 18 November 2014

Sejarah Dakwah Daulah Utsmani



Dakwah Daulah Utsmaniyah
Pada tahun 656 H/ 1267 M, Utsman lahir, beliau anak dari Urtughril. Utsman inilah yang menjadi nisbat (ikon) kekuasaan khilafah Utsmaniyah. Tahun kelahirannya bersamaan dengan serbuan pasukan Mongolia di bawah pimpinan Hulaku yang menyerbu ibu kota khilafah Abbasyiah. Penyerbuan ini merupakan peristiwa yang sangat mengenaskan dalam sejarah. Pada situasi yang mencekam dan sangat kritis ini, serta dalam kondisi umat yang dilanda rasa takut mati dan cinta dunia, lahirlah Utsman peletak dasar khilafah Utsmaniyah.
Utsman menamakan daulah dengan nama yang diambil dari namanya. Awalnya cikal bakal dari daulah ini adalah negeri kecil yang lemah, ibarat bayi negeri ini perlahan tumbuh dan akhirnya menjadi negeri Islam terkuat di dunia. Utsman memerintah mulai dari tahun 699-726 H, jadi pemerintahan Utsman ini berdiri selama 27 tahun.
Pendekatan Unsur-unsur Dakwah
1.      Khilafah daulah Utsmaniyah tercatat memiliki sekitar 30 orang khalifah, yang berlangsung mulai dari abad 10 Hijriyah atau abad ke 13 Masehi. Selama masa kekhalifahan daulah Utsmaniyah dipimpin khalifah yang silih berganti. Struktur dakwah pada masa daulah Utsmaniyah meliputi unsur-unsur dakwah sebagai berikut.
1. Da’i
2.      Kehidupan Utsman I, pendiri dinasti Utsmani dari tahun 699-726 H, adalah kehidupan yang dipenuhi dengan jihad dan dakwah di jalan Allah. Beliau bersifat al-ulama wa al-umara, karena selain sebagai ulama beliau pun sebagai pemimpin pada daulah ini. setelah beliau wafat generasi selanjutnya diteruskan oleh anaknya yang bernama Sultan Orkhan bin Utsman, yang berkuasa dari tahun 726-761 H.
Setelah Sultan Orkhan meninggal, pemerintahan dilanjutkan oleh beberapa orang khalifah diantaranya:
Sultan Murad I (761-791 H), Sultan Bayazid I (791-805 H), Sultan Muhammad I (781-824 H), Sultan Murad II (824-855 H), Sultan Muhammad Al-Fatih (831-886 H), sultan Bayazid II (886-918 H), Sultan Salim I (918-926 H), Sultan Sulaiman Qanuni (926-974 H), Sultan Salim II (974-982 H), Sultan Murad III (982-1003 H), Sultan Muhammad III (1003-1012 H), Sultan Ahmad I (1012-1026 H), Sultan Mustafa I (1026-1027 H), Sultan Utsman II (1027-1031 H), Sultan Murad IV (1032-1049 H), Sultan Ibrahim bin Ahmad (1049-1058 H), Sultan Muhammad IV (1058-1099 H), Sultan Sulaiman II (1099-1102 H), Sultan Ahmad II (1102-1106 H), Sultan Mustafa II (1106-1115 H), Sultan Ahmad III (1115-1143 H), Sultan Mahmud I (1143-1168 H), Sultan Utsman III (1168-1171 H), Sultan Mustafa III (1171-1187 H), Sultan Abdul Hamid (1187-1203 H), Sultan Salim III (1203-1222 H), Sultan Mahmud II (1223-1255 H), Sultan Majid I (1255-1277 H), Sultan Abdul Aziz I (1277-1293 H), Sultan Murad V (1293-1293 H), Sultan Abdul Hamid II (1293-1328 H).
Beberapa khalifah yang lemah pada masa ini antara lain:
Sultam Mustafa I. Sultan Utsman II, Sultan Murad IV, Sultan Ibrahim bin Ahmad, Sultan Muhammad IV, Sultan Sulaiman II, Sultan Ahmad II, Sultan Mustafa II, Sultan Ahmad III, Sultan Mahmud I, Sultan Utsman III, Sultan Mustafa III, Sultan Abdul Hamid I.
Sifat seorang da’I pada masa ini tidak semua memiliki sifat al-ulama dan al-umara. Namun ada yang bersifat al-ulama saja atau yang bersifat al-umara, bahkan yang bersifat al-ulama wa al-umara’pun ada. Maka itu sifat yang bercorak adalah al-ulama, al-umara, dan al-ulama wa al-umara.
2. Mad’u
Kondisi mad’u pada masa daulah Utsmaniyah umumnya bersifat al-ummah, karena pada masa daulah ini, masih banyak yang belum menerima Islam sebagai agamanya. Akan tetapi, dari dinasti sebelumnya sudah banyak pula yang sudah menerima Islam. Jadi, corak mad’u pada masa daulah Utsmaniyah yaitu mad’u ijabah dan ummah.
3.      Materi
Materi yang diterapkan pada masa daulah Utsmaniyah meliputi akidah, syariah dan muamalah. Di mana pada masa Utsmaniyah materi-materi seperti fiqih, tata cara membaca Al-Qur’an, berwudhu dan lain-lain, lebih dipermantap lagi penerapannya. Pada masa ini ketahuidan (meng-Esa-kan) pun di tanamkan pada umatnya.
4.      Metode
Pada masa Utsmaniyah ada beberapa macam metode yang digunakan dalam berdakwah antara lain:
a.       Ekspansi
Penyebaran agama Islam dilakukan dengan cara ekspansi atau perluasan wilayah. Ekspansi yang dilakukan salah satunya meliputi kawasan Eropa dan Asia Kecil.
Masih banyak negara-negara lain yang menjadi kekuasaan di bawah daulah Utsmaniyah ini.
b.      Ceramah
Metode ceramah adalah metode yang dilakukan dengan cara menyampaikan keterangan, petunjuk, pengertian dan penjelasan tentang sesuatu kepada pendengar dengan menggunakan lisan. Para ulama melakukan dakwahnya di masjid-masjid.
c.       Metode Kelembagaan
Pada masa daulah Utsmaniyah banyak dibangun masjid, sekolah, rumah sakit, jembatan, dan tempat berlindung . Selain itu, pekerjaan penting yang dilakukan adalah dibentuknya militer Islam yang kuat dan memasukkan sistem khusus dalam kemiliteran yang berasaskan Islam.
d.      Metode Missi (Bi’tsah)
Penyebaran agama Islam ke berbagai wilayah dilakukan dengan cara mengutus para da’i. Pada masa ini dilakukan penjagaan di wilayah-wilayah perbatasan Romawi dan mencegah serangan yan g mungkin datang menyerbu kekuatan Islam sejak masa pemerintahan Abbasiyah.
e.       Metode Tanya-Jawab
Metode yang dilakukan dengan menggunakan Tanya jawab untuk mengetahui sampai sejauh mana pemahaman materi dakwah. Metode ini biasanya bersamaan dengan metode caramah, jadi ketika mad’u tidak memahami bisa langsung bertanya. Sehingga adanya hubungan timbale balik antara da’I dan mad’u.
f.       Metode Bimbingan Konseling
Dari dinasti-dinasti sebelumnya telah diajarkan tata cara shalat, cara membaca Al-Qur’an dan kajian kitab. Pada masa Utsmaniyah ini pengajaran pun lebih di matangkan atau dipermantap bagi yang sudah biasa dan yang belum mengetahui.
g.      Metode Keteladanan
Khalifah Ustmaniyah ini mempunyai sifat yang pemberani, bijaksana, ikhlas, sabar, daya tarik keimanan, adil, memenuhi janji,dermawan, ikhlas karena Allah dalam setiap penaklukan. Karena sifat kepemimpinan ini, maka banyak orang yang terpengaruh dengan kepribadiannya, sehingga banyak yang masuk dan memeluk agama Islam.
h.      Metode Propaganda
Metode propaganda adalah suatu upaya untuk menyiarkan Islam dengan cara mempengaruhi dan membujuk massa. Metode ini masih digunakan karena belum semua kaum memeluk agama Islam.
i.        Metode Diskusi
Diskusi sering dimaksudkan sebagai pertukaran pikiran antara sejumlah orang secara lisan membahas suatu masalah tertentu dan bertujuan untuk memperoleh hasil yang benar. Sebagai contoh, perwakilan negeri-negeri Eropa berkumpul di Istanbul. Mereka mengajukan usulan-usulan pada pemerintahan Utsmani. Beberapa usulan penting itu adalah membagi negeri Bulgaria menjadi dua wilayah. Namun usulan ini tidak disetujui oleh Utsman.
j.        Metode Karya Tulis
Metode ini masuk dalam kategori dakwah bi al-qalam. Tanpa tulisan dunia akan lenyap dan punah. Pada masa Utsmani upaya-upaya manipulatif sejarawan musuh-musuh Islam, khususnya terhadap sejarah khilafah Utsmaniyah dihadang sekelompok intelektual dan sejarawan umat. Dimana mereka berusaha membantah semua tuduhan yang dilakukan oleh sejarawan musuh-musuh Islam itu dan membela pemerintahan Utsmani. Salah satu buku yang paling menonjol dalam melakukan bantahan ini adalah buku yang ditulis oleh Dr. Abdul Aziz Asy-Syanawi yang ditulis dalam tiga jilid besar dengan judul Al-Daulat Al-Utsmaniyah Daulat Muftara ‘Alaihi dan buku-buku bermutu lainnya yang ditulis oleh Dr. Muhammad Harb seperti, Al-Utsmaniyyun fi Al-Tarikh wa Al-Hadharah dan lain-lain.
k.      Metode Silahturahmi (Home Visit)
Metode silahturahmi, yaitu dakwah yang dilakukan dengan mengadakan kunjungan kepada suatu mad’u tertentu dalam rangka menyampaikan isi dakwah kepada mad’u. metode ini dapat dilakukan melalui silaturahim, menengok orang sakit, ta’ziyah dan lain-lain. Jadi dengan dilakukannya metode inilah yang disebut metode home visit.
l.        Metode korespondensi
Metode korespondensi adalah metode melalui surat-surat. Jadi sebelum da’I di kirim ke daerah itu,terlebih dahulu di kirim surat sebagai pengantar.
5.      Media
Media yang digunakan pada masa daulah Utsmaniyah ini diantaranya adalah:
a.       Sekolah-sekolah
Karena pada masa ini khalifah cinta akan ilmu,maka dibangunnya sekolah-sekolah agar orang-orang dapat berpengetahuan. Pendidikan diberikan secara gratis, sedangkan materi yang diajarkan adalah meliputi tafsir, hadist sastra, balaghah, ilmu-ilmu kebahasaan, arsitektur dan lain-lain. Maka dari sinilah ilmu-ilmu semakin berkembang dan kita sebagai umat penerusnya bisa merasakan ilmu-ilmu yang telah diajarkannya.
b.      Masjid
Masjid pada masa ini juga merupakan tempat pendidikan, yang mana pendidikan yang diajarkan Al-Qur’an, hadist, tafsir dan lain-lain. Masjid juga tempat dilakukannya untuk berdakwah dengan metode ceramah.
c.       Rumah Sakit
Di setiap klinik ini di tempatkan dokter dengan tambahan dokter-dokter spesialis di bidangnya seperti ahli penyakit dalam, ahli bedah dan ahli farmasi. Pada masa inilah semua telah di kembangkan dengan telah banyaknya pengetahuan yang ada dan semakin berkembang.
d.      Media Cetak
Pada masa ini banyak buku-buku yang diterjemahkan dari bahasa Yunani, Persia dan Arab ke dalam bahasa Turki. Salah satu buku yang diterjemahkan itu adalah Masyahir Al-Rijal (Orang-orang terkenal) karya Poltark dan masih banyak lainnya. Dengan adanya penerjemahan buku-buku ini otomatis adanya media cetak untuk mencetak hasil terjemahan ini, dan juga adanya percetakan uang karena uang pada masa ini juga digunakan untuk kebutuhan.
(http://http://deniasa.blogspot.com/)

Sabtu, 08 Maret 2014

RESENSI NOVEL “AYAT-AYAT CINTA”

Judul                     : Indahnya Cinta dalam Balutan Islam
Penulis                  : Habiburrahman El Shirazy
Penerbit                : Basmalla Republika
Cetakan                : XI (revisi), Februari 2006
Tebal Buku           : 419 Halaman
ISBN                    : 979-3604-02-6
Ukuran Halaman  : 20.5 x 13.5 cm
Tempat                 : Semarang
            Novel ini bertemakan perjuangan terhadap ketidakadilan. Dimana tokoh Fahri difitnah dan dijebloskan ke penjara tanpa sebab musabab.
            Alur yang digunakan penulis yaitu alur maju, dari awal perkenalan, pertikaian, klimaks, peleraian, hingga akhir cerita.
            Latar tempatnya yaitu di Mesir Cairo Univ Al-Azhar, flat, Mesjid, apartemen, restoran, metro, penjara, rumah sakit, Alexandria.
            Pusat pengisahan yaitu tokoh utama menuturkan ceritanya sendiri. Dan sudut pandang yang digunakan Aku sebagai orang pertama.
            Cara penulisan atau gaya bahasa yang digunakan penulis terhadap novel ini khas, unik, penuh dengan nuansa religi, romantis cinta.
            Tokoh utama dalam novel ini Fahri, Aisha, Maria, Nurul, Noura. Tokoh Fahri digambarkan seorang santri dari Univ Al-Azhar yang rajin, soleh, dan haus ilmu. Tokoh Aisha seorang muslimah Jerman yang sholehah, romantis, dan serba mewah. Tokoh Maria seorang Kristen Koptik Mesir, ia susah ditebak, pintar, tidak mudah dekat dengan lelaki. Tokoh Nurul seorang mahasiswa asal Indonesia yang menimba ilmu di Mesir, sholehah, baik, lugu, pemalu. Tokoh Noura gadis manis, baik namun sangat jahat dan kejam.
            Novel ini mengandung banyak sekali amanat atau pesan moral, diantaranya semakin banyak ilmu yang kita dapat/ raih, maka semakin banyak pula hambtan, halangan, rintangan, godaan yang harus dilewati dengan hati yang sabar dan pasti ada hikmahnya.
Kelebihan Dan Kekurangan Novel
Kelebihan :
·         Ceritanya begitu menyentuh dan mengalir seakan pembaca mengalami berbagai problema yang melilit sang tokoh.
·         Penulis mengajak pembaca mendalami Islam dengan bahasanya yang menyejukan.
·         Kisah-kisah hubungan antar manusia (kisah nyata) digambarkan dengan menarik dan utuh tanpa harus terasa vulgar.
Kekurangan :
·         Seorang pria dicintai empat orang wanita sekaligus, sungguh beruntung tokoh Fahri, rasanya aneh dan mungkinkah hal tersebut ada dalam kehidupan nyata.
·         Naura prustasi karena tidak mendapatkan cinta Fahri, ia lantas memfitnah Fahri degan tuduhan yang kejam.
 PROFIL PENULIS
          HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY, lahir di Semarang, pada tanggal 30 September 1976. Memulai pendidikan menengahnya di MTS PUTUHIYYAH I Mranggen sambil belajar kitab kuning di ponpes AL – ANWAR, Mranggen, Demak, dibawah asuhan KH. Abdul Bashir Hamzah, kemudian melanjutkan MAPK ( Madrasah Aliyah Program Khusus ) Suraharta, lulus pada 1995. Kemudian ke Fak. Ushuludin, jurusan hadis, Univ. Al – Ajhar, Cairo dan Diploma ( pg. D) S2 di The Institute For Islamic Studies in Cairo.

DIKLAT VI



SUKSES DIKLAT VI PONDOK PESANTREN IRSYADUL MUBTADI’IIN AL-INSYIROH 2013
Untuk kali ke-VI pondok pesantren irsyadul mubtadi’iin al-insyiroh kembali mengadakan diklat (pendidikan kilat). Kegiatan ini rutin dilaksanakan menjelang masa libur sekolah.
Seperti dikutip AL_ISHLAH tabloid, media official pesantren, bahwasanya kegiatan ini dimaksudkan untuk mengajak, mengarahkan santri dalam menjalankan liburan sekolah agar senantiasa diisi dengan kegiatan positif. Diklat tahun ini mengusung tema “CIPTAKAN PARADIGMA BARU LIBURAN SEKOLAH DENGAN MENGAJI, BELAJAR, DAN BERMAIN YANG HALAL”. Pesantren Al-Irsyad yang bertempat di kp. Mayang rt/rw 04/01 desa mayang ini seolah menjadi tujuan bagi santri yang ingin menambah, memperdalam ilmu pengetahuan khususnya dalam konteks islami.
Berikut tanggapan rohis Al-Irsyad perihal Diklat tersebut. “Alhamdulillah acara ini sudah menjadi agenda tahunan AL-Irsyad, dan tahun ini kami sukses dengan diklat VI tersebut. Dengan jumlah seluruh peserta diklat 175 santri. 80 santriwati dan sisanya santriawan.” Pernyataan tersebut dilontarkan Adew Jafar Shidiq, Ketua Rohis pondok pesantren Irsyadul Mubtadi’iin Al-insyiroh jum’at(14/08/2013).
Diklat ini tidak hanya diikuti oleh seluruh santri Al-Irsyad, tetapi  banyak santri dari luar pondok yang ikut andil guna dalam kegiatan ini. “peserta diklat banyak yang dari luar, seperti dari pesantren-pesantren, majelis ta’lim, dan madrasah lain yang ada di lingkungan desa mayang.” Ujarnya pula.
Ust. Arom Romli, pengasuh pondok yang juga menjadi penanggung jawab kegiatan tersebut menambahkan. Generasi muda islam khususnya santri yang mengenyam pendidikan baik di tingkat SD, SMP, SMA, hendaknya lebih selektif dalam mengisi liburan sekolah, dan solusinya yaitu dengan mengikuti kegiatan ini.”
“semoga acara ini juga bisa menjadi inspirasi, bagi pesantren atau majelis ta’lim untuk mengadakan acara serupa.” lanjutnya. Dengan mengulang kesuksesan tahun lalu, diharapkan kegiatan ini juga sukses di masa selanjutnya dan selamanya, demi terciptanya insan-insan yang berakhlakul karimah yang siap menyongsong badai modernisasi. *
Pen:HOERUDIN FAJAR


Sabtu, 01 Februari 2014

senandung ukhuwah bersama Formabi UIN SYAHID JKT


Hari itu terlihat biasa, dan agak berbeda setelah mereka datang mulai menginjakan kaki di bumi Mayang tercinta. 5s (senyum, salam, sapa, sopan, santun) pun kami dapatkan hingga menjadi sebuah kesan tersendiri. tak butuh waktu lama kami pun berbaur. memang diawal kita bersua kami coba untuk saling memahami keping-keping dihati. hingga akhirnya kepingan itu terajut dengan indah, rasakan persaudaraan kita.
Dan masapun silih berganti hingga ukhuwah dan amanah tertunaikan, kamipun berpeluk suka dan duka rasakan persaudaraan kita.,.,,.
Syukron kakak-kakak, ma'annajah .,,..!!
kita berdo'a, saling mendo'akan, dan meminta do'a
(elkhoers)