Daun
Musim Gugur Pemberian Sang Sahabat
Oleh
: Afina
Merah
warnanya, anggun geraknya, seakan-akan menghipnotisku, jatuh dari ketinggian,
aku tak bisa membayangkan bagaimana bila aku melihatnya secara langsung.
Melihatnya dari video saja menurutku lebih dari cukup. Itulah impianku, melihat
secara langsung bagaimana daun berwarna kemerahan itu berjatuhan dengan
anggunnya. Tapi bagaimana caranya? Aku inikan dari keluarga yang kurang mampu.
Masalah
daun yang berjatuhan nyaris saja kulupakan, seakan terganti dengan masalah
beasiswa, maklum saja aku tak ingin memberatkan kedua orang tuaku tersayang.
Aku terlahir dari keluarga yang kurang mampu, aku punya kakak perempuan,
menurutku ia kakak yang sangat perhatian sekali, ia sangat menyayangiku, aku
pun begitu, kami bagaikan dua batu yang tak bisa di pisahkan. Namun, takdir
berkata lain, kakakku pergi meninggalkan kami, seusai menyelesaikan pendidikan
Sekolah Menengah Atas(SMA), ia meminta izin kepada bapak untuk kuliah, namun
sampai saat ini kakakku tersayang tak pernah mengabari kami. Aku sangat sedih
akan hal itu. Namaku Oca, saat ini aku sedang menduduki bangku 3 SMP, dan
sedang mengincar beasiswa, terutama keluar negeri. Namun, impianku itu belum
sempat ku sampaikan kepada ibunda tercinta, karena, aku takut ibu tak
sependapat denganku, tapi apapun keputusan ibu, bila itu yang terbaik, aku siap
mengalah. Karena bagaimana pun juga, ibu adalah malaikat pelindungku siang dan
malam.
Aku
memang tidak sepintar orang-orang di kota, tapi aku yakin dengan impian yang
kuat, tekad yang bulat, kerja keras, impianku bisa tercapai. Banyak bilang
kalau orang kampung itu susah tuk mendapatkan beasiswa, mungkin itu mustahil.
Tapi menurutku di dunia ini tidak ada yang mustahil. Aku ingat sebuah kata “Man
Jadda Wa Jadda” siapa yang giat pasti berhasil. Aku juga sudah ikhtiar, aku
belajar setiap hari dan setiap malam, terutama bahasa inggris. Dengan begitu,
aku percaya bahwa aku bisa mendapatkan beasiswa keluar negeri itu, PASTI!!.
Mendaftarkan diri, sudah, hanya tinggal tes nya saja ku ikuti. Dan aku siap
mengikuti tes nya!.
No.
103. Bagaimana kamu bisa mendaftar beasiswa ini? Aku menjawab apa ya? Aha! Aku
tau karena aku ingin melihat daun yang berjatuhan! Tapi, tidak mungkin aku
menjawab itu. Batinku dalam hati. Akhirnya, aku menjawab karena ingin lebih
bisa dalam bahasa inggris. Tak apalah aku berbohong sedikit.
Beberapa
minggu kemudian, pengumuman tes berkeliaran di mading sekolah. Mana ya namaku? Batinku dalam hati.
Betapa kagetnya aku, ternyata di papan tersebut tidak ada namaku, rasanya aku
ingin menangis sekencang mungkin. Oke, baiklah mungkin ini yang terbaik.
Semenjak kejadian itu, aku selalu di hantui oleh sikap pesimis. Tapi aku
berjanji pada diriku aku akan mencoba mendaftar beasiswa lagi bulan depan.
Tapi
setelah aku pikirkan apa kesalahanku, aku telah berbohong pada No.103. aku tak
menyangka hanya dengan kebohongan, semua ini bisa terjadi, Allah memang maha
besar.
Sesampainya
dirumah. “Ibu, Assalammualaikum.. bu, Oca pulang...” Sapaku seraya mencari
jawaban Ibu. “Ibu..”panggilku sekali lagi. “Bapaak..” kupanggil Bapak. Tetapi
sama saja, tak ada jawaban. Aku mulai cemas, pikiranku mulai
kacau.”Assalammualaikum..” kata seseorang diluar. “Waalaikumsalam... siapa ya?.”
Kataku seraya menghampiri suara tersebut. “eh, wa ujang, ada apa wa?” tanyaku.
“ini neng, Ibu nyuruh saya buat manggil eneng, katanya eneng di suruh Ibu ke
dokter Iroh, sekarang...” jelas wa ujang. “ iya.. makasih ya wa..” ucapku. Aku bergegas
menuju dokter Iroh. Sementara, pikiranku semakin kacau, apa jangan jangan bapak sakit? Atau ibu yang sakit? Batinku dalam
hati.
Sesampainya
di dokter Iroh, ibu sedang menangis kencang, “ibu.. ibu.. ada apa bu?” Tanyaku
cemas aku selalu mencemaskan segala sesuatu. “ bapak nak.. bapak...”tangis ibu.
“ ada apa dengan bapak bu?..”tanyaku kembali. “bapakmu gagal ginjal nak.. dan
harus ada yang mendonorkan ginjalnya...”kata ibu. “innalillahi..” aku sangat
terpukul dengan kejadian itu. Hari ini adalah hari terburuk dalam hidupku.
Untung saja kami mempunyai kartu tanda miskin. Mungkinkah aku melanjutkan
urusan beasiswa ku? Sementara di sisi lain ada bapak yang sedang sakit, dan aku
harus merawat bapak dulu sampai sembuh, baru aku lanjutkan impian beasiswaku.
Dokter
pun menghampiri kami. Maaf, secepatnya harus ada yang mendonorkan ginjalnya.
“saya.. saya saja dokter..” serbu ibu dengan cepat. Mari kita lihat ginjal ibu
terlebih dahulu, apakah ginjal ibu cocok dengan ginjal bapak, atau tidak?” ujar
sang dokter. “ baik dokter” ucap ibu. Ibu dan dokter memasuki sebuah ruangan,
tidak sampai 1 jam, ibu dan dokter sudah keluar, dari ruangan tersebut. Dan ibu
dan sang dokter menghampiriku,”maaf ginjal ibu anda, tidak cocok dengan ginjal
bapak anda..” ujar sang dokter. “baiklah, kalau begitu ginjal saya saja
dokter..” ucapku menyerahkan diri. Lebih baik aku yang menderita, daripada
harus bapak yang menderita. Ternyata ginjalku cocok dengan bapak. Alhamdulillah, akhirnya bapak bisa lebih
membaik. Batinku dalam hati. Walau kadang, pinggangku terasa sakit. Tapi
tak apa, demi bapak.
Beberapa
hari kemudian, saat aku sedang duduk termenung di taman, aku melihat ada
selembar koran tergeletak persis dibawah kursi tempat aku duduk. Lalu, kubaca
koran tersebut, ternyata tidak disangka bahwa di koran itu terdapat tawaran
beasiswa ke Kanada. Setelah kubaca lanjut artikel tentang negara Kanada di
koran tersebut, ternyata di Kanada ada daun mapel, alias daun yang berjatuhan
yang ingin kulihat sebelumnya, tanpa berpikir panjang langsung saja kudaftar
beasiswa tersebut. Beberapa minggu kemudian, kubaca aturan yang berlaku, jadwal
tesnya, dan keberangkatannya, ternyata jadwal tes beasiswa tersebut bertepatan
dengan UTS di sekolahku. Akhirnya, kulewat kan UTS tersebut dan kuikuti tes
beasiswanya. Setelah ku dapatkan hasilnya, ternyata aku LULUS!!!, betapa
bahagianya aku saat itu, aku yakin ibu dan bapak pasti senang mendengar kabar
ini. Aku langsung saja bergegas untuk pulang ke rumah.
Sesampainya
dirumah, langsung saja ku hampiri kedua orang tuaku, aku mengharapkan senyuman
dari mereka saatku pulang. “ibu.. bap...” belum selesai aku berbicara, bapak
sudah berkacak pinggang, dan menatapku tajam. “ada apa pak?” tanyaku. “darimana
saja kamu?!! mengapa kamu tidak mengikuti ujian??!! Tanya bapak membentakku.
“aa.. aaku darrii.. ssse.. see..sekolah pak...” jawabku berbohong. “jangan
bohong kamu!!!” PLAK!! Ditamparnya aku oleh bapak. Karna untuk pertama kalinya
aku diperlakukan seperti ini, aku merasa sangat terpukul. Aku langsung berlari
menuju kamarku. Mungkin bapak pantas
memperlakukanku seperti ini, karena memang bapak sangat tidak suka bila ada
seorang anak yang berbohong padanya dan meninggalkan ujian di sekolahnya.
Batinku dalam hati. “hiks.. hiks..” entah kenapa air mataku seakan-akan tak
bisa berhenti. Betapa berdosanya diriku
ini ya Allah. Batinku dalam hati. Tak memerlukan waktu yang lama, ibu
menghampiriku. “ibu yakin, bapakmu tidak disengaja melakukan itu padamu,
mungkin beliau sedang terbawa emosi.” Jelas ibu menerangkan. “ iya bu, aku tau aku memang
salah...” kataku dengan rasa bersalah.
“tadi kepala sekolahmu memberi tahu ibu, kalau kamu tidak mengikuti ujian di
sekolah, kamu kemana nak? Ayo, cerita sama ibu...” bujuk ibu. “aku mengikuti
tes beasiswa keluar negri bu, dan aku..” belum lagi aku selesai berbicara ibu
sudah memotong ucapanku. “ibukan sudah pernah bilang sama Oca, sekolahlah di
negri kita tercinta”. Ucap ibu. Aku menghela nafas kecewa. “tapi bu, aku sudah
lulus.. dan ibu tahu kan daun mapel, dan aku sangat menyukai daun itu bu, dan
aku ingin melihatnya secara langsung”. Ucapku memohon kepada ibu. “baiklah bila
itu maumu, ibu akan selalu mendoakanmu, dan akan mencoba bicara kepada bapak”.
Ucap ibu mengalah. “terima kasih yaa buuu.. Oca sayaaaang bangeeet sama
ibuu...” kataku sambil memeliuk ibu dengan seluruh sayangku. “ibu juga sayaaaang
banget sama Oca..” balas ibu dengan senyum cerah di wajahnya.
Akhirnya,
kudapatkan izin ibu, hanya tinggal perizinan dari bapak yang kunanti. Saat aku
keluar dari kamarku, kulihat bapak sedang duduk termenung menatapi sawah yang
terbentang luas. Rasanya aku ingin mengutarakan maksudku tentang beasiswa
kepada bapak sekarang, tapi mungkin ini bukan waktu yang tepat. “Oca.. kemari
nak..” panggil bapak. Dengan badan gemetar, kuhampiri bapak. “ada apa pak?..”
tanyaku. “bapak hanya ingin minta maaf sama Oca, dan tadi bapak tidak sengaja
mendengar perbincangan Oca dengan ibu, dan bapak tau apa yang sebenarnya
terjadi”. Kata bapak. Deg! Apa jangan
jangan bapak tidak mengizinkan aku, Akh! Oca, jangan berpikir yang tidak tidak.
Batinku dalam hati. “dan bapak mengizinkan Oca untuk mengikuti beasiswa
tersebut tapi ada syaratnya, kamu harus membanggakan bapak dan ibu..” ujar
bapak. “yiiaayy!! Alhamdulillah!! Bapak baaaiik banget!! Makasih ya pak...”
kataku.
Esoknya saat di sekolah, aku merasa ada yang
aneh. Sama sekali tidak ada orang yang menyapaku, justru mereka menatapku aneh.
“eh, lihat ini dia orang yang membolos saat ujian sedang berlangsung”. Kata
seseorang, dan aku tidak tau itu siapa. “Oca!!! Kamu dipanggil bu Lidia, alias
kepala sekolah sekarang juga, di ruang kepala sekolah.” Aduh, bagaimana ini, apa jangan jangan aku akan dihukum berat oleh bu
lidia... batinku dalam hati.
“Oca,
apa benar kamu akan melanjutkan sekolah beasiswa di luar negri? Tanya bu Lidia.
“iya bu benar..” jawabku. “ibu sangat menyetujuinya, namun, kamu harus lulus
sekolah ini dulu bukan? Sedangkan kamu tidak mengikuti UTS, dan kamu tahu bukan
kalau UTS itu merupakan salah satu ujian terpenting untuk kelulusan”. Kata bu Lidia.
“lalu, apa yang harus saya lakukan bu?” tanyaku kepada bu Lidia. “ ikutilah UTS
susulan”. Kata bu Lidia menyarankan. “baik bu, saya akan lakukan apa yang ibu
sarankan, permisi.” Ucapku kepada bu Lidia.
3
bulan telah berlalu, kulalui dengan kangen kangenan dengan orang tua, dan
menyelesaikan ujian, serta prosesi kelulusanku. Dan mungkin tiba saatnya
untukku berangkat ke Kanada. “kamu hati hati ya disana, ingatlah selalu kami,
dan impianmu. Impianmu ada 3 bukan?, yang pertama, kamu ingin melihat daun yang
berjatuhan, yang kedua, kamu ingin mendapat pendidikan yang lebih tinggi, yang
ketiga, kamu ingin membanggakan kami bukan?.” Tanya ibu. “iya bu..” tanpa
kusadari, air mataku menetes karena
harus berpisah dengan ibu dan bapak tercinta, selama kurang lebih 1 tahun.
Bagaimana pun juga, aku sudah memilih ini sebagai jalan hidupku. Dan aku akan
membuka lembaran baru di negri daun mapel itu. Pesawat yang kutumpangi siap
untuk boarding, dan inilah saat saat yang paling menyedihkan, ibu tak pernah
berhenti melambaikan tangan padaku saat aku sedang menaiki eskalator. Saat ku sedang
berada di pesawat, aku sudah tidak melihat kedua orang tuaku lagi, air mataku
terus mengalir. Ibu, maafkan aku ya,
selama ini aku selalu membuat ibu repot, membuat ibu kewalahan dengan apa yang
kulakukan, dan bapak maafkan aku ya, aku pernah berbohong pada bapak, aku
pernah menyembunyikan sesuatu pada bapak, hiks... hiks... batinku dalam
hati.
Tepatnya
pada pukul 14.30, pesawat yang kutumpangi itu mendarat di negara berdaun mapel
itu. Aku sudah menyewa sebuah penginapan, kalau di indonesia biasa disebut kos
kosan. Tepat disamping kamarku itu sepertinya seumuran denganku. Aku pun
mencoba untuk berbincang dengannya. “ehm, excuse me, can you speak english?.”
Tanyaku. “yes, i can.” Jawabnya. “what is your name?.” Tanyaku kembali. “my
name is Zahroh, i come from turki.” Jawab zahroh. “my name oca, i come from Indonesia.”kataku.
“can you speak Indonesian language?.” Tanyanya. “yes i can.” Jawabku. “kamu
beasiswa disini?.” Tanya Zahroh. Hah?
Zahroh dari turki bisa berbahasa Indonesia?. Batinku dalam hati. “ iya, aku
beasiswa disini..” jawabku. “kamu tahu daun mapel tidak? Tanyaku. “aku punya
bibitnya, kau mau?” tanya Zahroh. “aku mau..” jawabku.
Langsung
saja kutanam pohon itu, dan untungnya pohon itu sudah lumayan besar dan
sebenarnya itu bukan bibit, kutanam pohon itu di depan penginapanku. Tanpa ku
sadari, sesuai dengan ramalan cuaca, bahwa hari ini akan terjadi badai salju
yang sangat besar. Dan akhirnya, pohon mapelku tumbang dan hancur.
Aku
menceritakan kejadian ini pada zahroh. Menurutku aku sangat tidak cocok berada
di Kanada. Rasanya aku ingin kembali ke Indonesia. Namun, aku ingat ibu pernah
bilang padaku kalau, “kamu hati hati ya
disana, ingatlah selalu kami, dan impianmu. Impianmu ada 3 bukan?, yang
pertama, kamu ingin melihat daun yang berjatuhan, yang kedua, kamu ingin
mendapat pendidikan yang lebih tinggi, yang ketiga, kamu ingin membanggakan
kami. Selain itu, Zahroh melarangku,
katanya”buat apa kamu susah susah kesini kalau hanya dengan rusaknya pohon
mapel kamu saja kamu sudah menyerah seperti ini.” Akhirnya dengan berat hati
kuikuti ngomongan Zahroh itu.
Esoknya
adalah hari pertama ke sekolah. Kami sangat tekun belajar, berbeda dengan
kehidupanku di Indonesia, aku bisa menyantai, dan lain sebagainya. Tapi disini,
aktivitas harianku sangatlah padat, sampai sampai waktu istirahat menurutku
sangatlah sedikit. Tapi tak apa, mungkin ini yang terbaik. Dan, Zahroh juga
pernah bilang, “kalau kamu bisa meraih nilai terbaik disini, aku akan
mengumpulkan satu anak sekolahan, untuk memberikan 1000 pohon mapel untukmu,
kenapa 1000? Karena daun mapel itu adalah daun yang sangat lazim di negara ini,
jadi sangatlah mudah untuk mendapatkannya.
Sampai tiba waktunya, penyakit berat
menimpaku, kata dokter, aku terkena penyakit tumor otak. Dan umurku sudah tidak
lama lagi, Zahroh mengetahui tentang keberadaanku sekarang, ia meraasa akan
kehilanganku selamanya, jadi setiap malam ia menemaniku di rumah sakit, dan ia
juga yang menanggung semua biaya rumah sakit.
Sampai tiba waktunya ujian kelulusan, aku
tetap mengerjakan itu, meskipun di rumah sakit. Aku tak peduli aku lulus atau
tidak, yang terpenting aku sudah mengerjakaanya. Aku sengaja tak memberitahu
berita ini kepada bapak dan ibu, karena aku tak ingin menjadi beban untuk
mereka. Cukup hanya Zahroh yang terbebani. Zahroh begitu tulus merawatku,
sampai suatu saat aku pernah bertanya padanya,“Zahroh, kenapa kamu begitu baik
padaku, kitakan baru kenal?.” Tanyaku kepada Zahroh. “aku melakukan ini tulus,
karena menurutku kau adalah sahabat terbaikku siang dan malam.” Kata Zahroh. Ya Allah, baru kali ini aku punya sahabat
yang setulus ini, dan mengakui kalau aku adalah sahabatnya, tolong jaga dia ya
Allah, jangan buat ia menderita ya Allah. Batinku dalam hati.
Tiba
waktunya pengumuman kelulusan aku memaksa agar Zahroh datang ke wisuda
kelulusan itu, karena pada awalnya, ia memaksa untuk menemaniku saja di rumah
sakit. Sepulangnya Zahroh dari wisuda ia membawa teman teman semua untuk
menengokku, dan aku tak pernah menyangka kalau Zahroh benar benar membawakan
1000 pohon mapel untukku, dan itu artinya aku mendapatkan nilai terbaik di
sekolah, aku sangat senang, dan membiarkan pohon itu tumbuh di depan halaman
tempat aku menginap. Dan tepat hari itu juga, waktunya bagiku untuk menjalani
operasi pengangkatan tumor. Perasaan cemas dan khawatir tentunya terus
terbayang bayang di benakku. Tapi mau bagaimana lagi, aku harus menjalaninya,
BISMILLAH. Dan, aku tak pernah menyangka ini, bahwa operasi itu berjalan
lancar. Aku tidak sabar memberitahu ini pada Zahroh.
Sesampainya
aku di tempat penginapan Zahroh, ternyata banyak orang sedang berkumpul, saat
kutanya apa yang terjadi, ternyata Zahroh sudah lama mengidap penyakit tumor
otak, dan tidak bisa di selamatkan. Tapi,
bagaimana? Yang terkena penyakit kan aku, kenapa jadi Zahroh? Yang berpulang
terlebih dahulu? Dan kenapa ia tak pernah memberitahuku tentang semua masalah
ini? Apa karena ia tak ingin aku terbebani? Atau bagaimana? Aku kan sahabatnya.
Beribu ribu pertanyaan terus bermunculan di benakku. Betapa sedihnya aku hari itu,
dan Zahroh menitipkan sebuah surat padaku, dan kalung berliontin huruf Z, untuk
Zahroh. Sedangkan, Zahroh menyimpan kalung berliontin O, untuk Oca...
Untuk sahabat
tersayang, Oca...
Maafkan aku ya Oca,
aku tidak bisa memberitahumu tentang kejadian ini, sebenarnya aku mengidap
penyakit ini sejak kecil, dan aku sudah tahu tentang operasimu, selamat ya..
operasi tumor di otakmu berjalan lancar. Aku sangat senang mendengarnya. Tapi Oca,
Allah membalik keadaan, dokter tak pernah bilang padaku kalau umurku tinggal
sebentar lagi, jadi aku tenang tenang saja, sedangkan kamu, dokter sudah
memperingatimu, kalau umurmu tinggal sebentar lagi, tapi kenyataannya? Tapi tak
apa, aku senang mendengar itu.. semoga kita bisa bertemu nanti di surga ya.. Oca,
oya jangan lupa rawat pohon mapel itu baik baik, dan jangan pernah lupakan aku
yaa.. aku akan selalu mengingatmu, walaupun kita berada di dua alam yang
berbeda, tapi aku yakin kita tetap bersama.. menurutku, kamu adalah sahabat
terbaikku, kau berasal dari Indonesia, sama seperti ayahku, dan ibuku
berkebangsaan turki... aku sayaaang banget sama kamu, Oca.
Salam sayang,
Zahroh..
Air
mataku mengalir deras, aku kehilangan seorang sahabat yang sangat tulus
padaku.. tapi, mau bagaimana lagi? Nasi sudah menjadi bubur, dan aku berjanji,
aku tak akan pernah bisa melupakanmu Zahroh, tunggu sampai 9 tahun ke depan,
aku akan membawa keluargaku kesini saatku sukses nanti, dan saat tiba waktunya
aku akan memperlihatkan padamu kalau sebenarnya aku bisa merwat pohon mapel
yang kau berikan padaku....
9
tahun berlalu...
Aku
menetap di Kanada selama 9 tahun, mencari kerja secara bertahap, mulai dari
karyawan biasa, manajer, hingga sekarang aku menjadi direktur perusahaan
international. dan sekarang aku tinggal di rumah kecil bersama kedua orang
tuaku, Dan sekarang sudah waktunya untuk pohon mapel menggugurkan daunnya...
dan ternyata memang benar, seperti apa yang kubayangkan, dahulu saat di
Indonesia, Merah warnanya, anggun geraknya, seakan-akan menghipnotisku, jatuh
dari ketinggian, dan aku benar benar terhipnotis, tapi berbedanya aku
menyaksikan ini tanpa sahabat tersayang, dan aku tetap teringat dengan Zahroh...
sahabat yang hanya baru kenal 2 hari sudah seperti saudara sendiri.
Dan sampai sekarang aku tak pernah berhenti
berharap tentang keberadaan kakakku... dan aku janji, aku akan terus bermimpi,
meskipun orang menganggap itu mustahil.
Ini
merupakan kenangan terindah yang tidak bisa aku lupakan, seumur hidupku,
terutama saat ku telah berpulang, semoga kita bersua di surga...
Dan
untuk Zahroh, aku juga telah membuatkan puisi special untukmu..
Sahabat
Tersayang
Wahai
sahabat..
Ingatkah
kau..
Awal
kita berjumpa
Tak
pernah terbayang bagaimana kita berpisah..
Tak
pernah terbayang hal buruk apa yang akan terjadi..
Kita
selalu memikirkan kebahagiaan..
Kegembiraan..
yang hanya bersifat sementara...
Dan
sahabat, dimana ada pertemuan..
Disana
pasti ada perpisahaan..
Aku
tak bisa berpisah denganmu
Wahai
sahabat...
Seandainya
kita berpisah untuk selamanya...
Yakinlah
bahwa kita akan bersua kembali
Di
surga...
Semoga
kau bahagia di alam sana, semoga kau bisa diterima di sisinya, dan semoga kau
bisa bahagia dengan puisi special yang telah kubuatkan khusus untukmu...
~ THE END ~